Hey..

Hey..
enjoy me ;)

Friday, February 18, 2011

Reformasi untuk jadi lebih baik atau jadi lebih buruk?

Untukku, pagi ini adalah pagi yang sama dengan pagi-pagi sebelumnya: bangun tidur-solat-mandi-berangkat kerja trus nyampe kantor-nyalain laptop-nyiapin sarapan-cek email sampai jam pulang kerja. Selama hampir 2 bulan ini aku memang diharuskan tetap 'online' setiap hari karena itu adalah bagian dari tugasku sebagai sekertaris sekaligus administrator. Brr... Datar dan statis -_-*

Namun ada yang menggelitik dan membuat alisku naik turun setiap kali aku mengecek email di yahoo. Bukan.. Bukan message-message yang kuterima yang bikin aku senyam-senyum dan merengut sendiri, tapi berita-berita di halaman awal yahoo lah yang membuat aku bereaksi seperti itu. Bahkan aku mulai ikut-ikutan menulis komentar tentang berita-berita tersebut seperti orang lain, haha*getok-getok kepala pake palu :d*

Menurutku, berita pidana Ariel-Luna adalah berita basi yang menjenuhkan. Aneh, berlebihan sekaligus membuat tanda tanya besar, "sebenernya ni kasus ujungnya gimana sihh??" bete juga kan liat berita pagi bahasannya itu-itu mulu. Kasus Ahmadiyah yang baru-baru ini mencuat pun banyak menimbulkan pro dan kontra, "Mau di-legalin apa enggak ni kepercayaan?" lama banget dah proses hukumnya =(
Terus berita yang baru aku baca pagi ini dan ga kalah hebohnya adalah berita double date nya Anji 'Drive'-Sheila Marcia. Heeahhh?? Ga ada berita lain???

Hmmm.. tapi kalo kita perhatikan, 3 berita tersebut sebenarnya membawa 1 fenomena yang sama; bahwa budaya bangsa kita telah berubah..

Banyak orang berdebat tentang bersalah atau tidaknya Ariel-Luna dalam kasus video pornonya. Sebagian memandang, berbuat mesum atau tidak adalah hak asasi manusia, yang salah dan yang harus dihukum adalah pelaku penyebarannya, Ariel-Luna hanyalah korban. Persidangan tentang kasus ini pun dinilai berlebihan dan kurang kerjaan karena masih banyak "PR" yang harus dikerjakan oleh bangsa ini ketimbang ngurusin hal yang begituan. Nah, sebagian pula berpendapat bahwa yang salah tetaplah salah. Ariel-Luna menjadi contoh buruk bagi generasi muda dan memang patut dipersalahkan. Apalagi ditinjau dari sisi agama, seharusnya hukuman mereka lebih berat. Bukannya malah dapat dukungan. Mana yang benar?

Awalnya, aku juga ga ngerti, kenapa sih skandal seks orang bisa masuk ranah hukum? Bukannya hal ini udah biasa yah? Apalagi untuk kalangan artis. Aku percaya, yang free sex bukan hanya Ariel-Luna-Cut Tari, tapi juga masih banyak lagi dan ga bisa disebutkan satu-persatu. Dasar mereka aja yang lagi pada apes.

Tapi nih ya, kalo kita tinjau dari tujuan penyidangan kasus ini sendiri ternyata sidang kasus Ariel-Luna bisa jadi adalah shock therapy yang dilakukan pemerintah untuk menjaga budaya bangsa kita. Memang benar, diluar sana banyak sekali orang yang menjalani gaya hidup free sex tersebut. Dengan kita membiarkan atau 'cuek' terhadap maraknya video porno, berarti kita membiarkan pornografi hidup dalam budaya bangsa kita. Sidang kasus ini memang membawa dampak yang buruk bagi si tersangka. Kita semua bisa melihat bagaimana kondisi psikis Luna Maya ataupun Cut Tari yang sering nangis dan si Ariel yang mulai tampak lebih kuyu di layar kaca. Tapi disitulah hukuman sebenarnya sedang berjalan. Agar para pelaku tau dan agar semua pelaku free sex tau bahwa free sex bukan lah gaya hidup yang dibenarkan, baik dilihat dari norma, agama maupun di mata hukum Indonesia. Supaya orang-orang tau bahwa melakukan free sex apalagi sampe ketauan, ternyata hukumannya berat dan menyiksa.

Kalo ada orang yang ngomong itu adalah hak asasi manusia, seharusnya orang tersebut juga ngomong tentang kewajiban asasi manusia (ada ga ya? atau kewajiban manusia deh). Mau ciuman keq, jungkir balik keq, selingkuh keq, itu emang urusan pribadi mereka berdua. Selama sama-sama suka, ya itu hak mereka. Lalu bagaimana dengan kewajiban mereka sebagai makhluk yang bermasyarakat? sebagai makhluk Tuhan? sebagai public figure yang menjadi model bagi pengagumnya? Terlepas dari dosa mereka terhadap Tuhannya, kelakuan mereka jika dibiarkan bisa menjadi budaya baru bagi generasi remaja dan nantinya akan menjadi ikon anak muda bangsa Indonesia. Tentunya ini akan sangat merugikan untuk masa depan bangsa Indonesia, khususnya citra bangsa kita. Mau jadi apa kita nanti kalo doing sex dengan pacar tanpa ikatan pernikahan adalah hal yang biasa?? Ganti pacar=ganti pasangan untuk ngesex. Koq jadi kaya binatang ya? Bukankah sikap beradab adalah salah satu pembeda manusia dengan binatang, selain akal dan pikiran yang kita punya? Kalo udah begini, bukankah Ariel-Luna sudah melanggar kewajiban-kewajibannya untuk beretika dan berperilaku untuk tidak merugikan orang lain?

Kenapa mesti Ariel-Luna?
Karena mereka public figure. Mereka saat ini digandrungi oleh remaja putra-putri Indonesia. Kalo pemerintah tetep kalem denger berita video porno tentang mereka, sama aja pemerintah bilang ke generasi bangsa ini, "Kalian kalo mu ngesex ama pacar ya gpp, asal jangan direkam yaaa" (+_+)?
Sungguh membodohi masyarakat ini mah...


hoaaam... bosen deh (-_-')

Perdebatan pun terjadi di kasus Anji 'Drive'-Sheila Marcia. Aduh ampun deh yang satu ini..
Semua orang tau, Sheila Marcia melahirkan anak hasil hubungan one-night stand nya dengan Anji 'Drive'. Namun Sheila mempertahankan anak tersebut dan memutuskan untuk merawatnya tanpa harus menikah dengan Anji. Sheila tetap berteman baik dengan Anji demi merawat sang buah hati. Lucunya, banyak orang memandang hubungan mereka sebagai hal yang positif dan patut diacungi jempol. yaiks???!!!

Kayanya ni pasangan mesti dapet shock therapy juga deh ckckck..

Dalam kasus Ahmadiyah, dilakukan pula shock therapy seperti kasus Ariel-Luna. Bedanya, yang melakukan shock therapy ini bukanlah pemerintah, melainkan ormas islam FPI. Mungkin yang ga benar-benar paham islam, bakalan bete ama kelakuan FPI yang suka menghakimi ala orang-orang bar-bar dan mempertanyakan tingkat intelejensi para anggota FPI dalam menilai perbedaan dalam bangsa yang majemuk ini.

Hmmm.. kalo mau di bahas panjang lebar, pasti ga bakalan cukup 1 episode dalam blog ini. Yang jelas, dalam ajaran Al-Quran, nabi terakhir kita adalah nabi Muhammad SAW. Titik. Islam di belahan dunia lain pun hanya mengakui nabi Muhammad sebagai nabi terakhir sampai baru-baru ini muncullah nabi-nabi lain. Aduh, ini jelas-jelas udah menyimpang dan ga mungkin di biarkan oleh umat Islam. Atas nama demokrasi, jamaah ahmadiyah ini mulai berani exist di masyarakat umum. Tapi kenapa pemerintah, khususnya menteri agama sebagai pemimpin membiarkan hal ini? Ini kan namanya penodaan agama.

Bener sih, namanya keyakinan kan hak asasi manusia. Tapi hak yang melibatkan orang lain jadi beda lagi urusannya. Berdasarkan ajaran islam sendiri, kalo ada kemaksiatan diketahui oleh orang beriman, maka orang beriman tersebut harus menegur dan membimbing kearah yang benar. Dosa hukumnya kalo kita pura-pura ga tau atau cuek aja. Nah masalahnya, yang diingetin ini malah terus ngeyel. Gimana dong tanggung jawab kita sebagai hamba Allah swt? Masa mau pura-pura budek ama buta?

Shock therapy yang dilakukan oleh FPI bertujuan untuk meredakan kemaksiatan-kemaksiatan yang terjadi selama ini. Hanya meredakan. Karena FPI ga mungkin menyapu bersih segala kemaksiatan yang terjadi di bangsa ini. Sebagai orang-orang yang mengaku islam, kenapa mesti gerah terhadap gerakan ini? Bukankah seharusnya kita mendukung penggusuran terhadap hal-hal yang bersifat menyimpang? Sebenarnya, seberapa dalam sih kita mengenal Allah swt? Seberapa dalam kita mencintai islam sebagai agama kita?

Katakan yang benar adalah benar, dan yang salah adalah salah


Jadiiii...
Dari komentar-komentar masyarakat terhadap 3 berita diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa sesungguhnya, budaya bangsa kita telah bergeser, dari budaya timur ke budaya timur kebarat-baratan. Budaya ini telah merubah cara pandang kita terhadap sesuatu menjadi lebih sempit, individualis, dan egois. Hak asasi manusia kini telah merajai hukum di negeri ini, ga peduli dengan kewajiban yang seharusnya diemban terlebih dahulu sebelum kita mengambil hak-hak kita. (Inget ga, pelajaran PPKN dulu? bahwa yang diutamakan adalah kewajiban baru hak).

Kita semakin individualis dan egois karena sudah ga mau lagi peduli dengan apa yang akan terjadi dengan generasi mendatang. Yang kita tahu adalah kemajuan dan kebahagiaan diri kita sendiri, ga peduli baik atau enggak kedepannya nanti. Mau sekarang banyak kesesatan dalam islam keq, mau berbuat zinah keq, mau jngkir balik keq, itu semua adalah hak privasi masing-masing yang ga boleh diganggu gugat oleh orang lain. Masalah anak cucu nanti jadi keblinger, itu sih gimana orang tua yang ngedidiknya, ga ada hubungannya ama urusan kita.

Inikah yang kita inginkan? Yang katanya sebuah reformasi untuk lebih maju dan lebih demokratis.
Rasanya ada yang salah dalam menterjemahkan arti 'kemajuan bangsa'. Kalo sudah begini, reformasi apa yang sebenarnya sedang kita alami? lebih baikkah atau lebih buruk?

Best regards and lots of love,

Citcitcuit

No comments:

Post a Comment