Hey..

Hey..
enjoy me ;)

Friday, February 4, 2011

Stop Racuni Kaum Ibu dengan Virus 'Kesetaraan dan Keadilan Gender'!

"Mommy please, don't leave me.."

Aku dan Ibuku

Gak banyak yang tau kalo ibu ku tercinta saat ini sedang sakit parah. 2 tahun lalu, dokter memvonis ibu ku sebagai penderita CKD (Chronic Kidney Disease) atau yang lebih umum dikenal dengan nama Gagal Ginjal Kronis. Para penderita CKD ini mengalami kegagalan fungsi ginjal, sehingga ginjal gak mampu lagi menjalankan tugasnya sebagai penyaring racun dalam darah. Akibatnya, para penderita ini harus cuci darah atau Hemodialisa (HD) seminggu minimal 2x sebagai pengganti buang air kecil. Biayanya sekitar 750 - 1 jutaan sekali cuci darah. Buat yang punya (lebih) banyak duit, bisa beli ginjal dan operasi transplantasi dengan biayanya lebih kurang 500 juta rupiah atau setengah Milyar. Beuh..

Selama 2 tahun ini, jujur, aku ngerasa hidupku ini berrrraaaaaat.. banget. Aku kehilangan sosok ibuku yang selalu ceria. Hampir setiap hari aku ngeliat ibu ku nangis berjuang menahan sakitnya. Akupun sering ga tahan ikutan nangis. Ya Allah.. dosa apa sih yang telah kami perbuat sampai -sampai penyakit itu datang ke tubuh ibuku? Doaku semoga Allah meringankan bebannya, amin.

Dalam keadaan sedih dan terpukul, aku tetap berusaha memahami hikmah dari semua ini. Aku yakin, ujian ini ga datang begitu aja, tapi punya makna tersendiri untuk hidupku.. I believe it is a sign for me to be a better person..

Teringat dulu ketika keluargaku dalam keadaan normal, aku sering main sama teman dan pulang malam. Aku ga begitu peduli dengan omelan-omelan ibu ku yang ngelarang aku untuk pulang malam. Dengan alasan 'biar ga kuper' dan nyari pengalaman, aku pede banget nentang kata-kata orang tua. Aku, yang saat itu lagi mencari jati diri, seringkali terperosok kedalam tren-tren yang KELIATANNYA gaul dan modern, tanpa memahami arti tren-tren tersebut dahulu. Demi pemikiran modern, aku ga peduli dengan keadaan ibu yang mungkin saat itu kangen banget ama anak perempuannya...

Salah satu tren pemikiran yang kuanggap modern itu adalah konsep kesetaraan gender, dimana aku habis-habisan membantah pengarahan Bapak dan Ibu untuk jadi perempuan yang baik. Aku menolak untuk diberikan 'jam malam' karena menurutku ga adil banget, abangku boleh pulang malam sedangkan aku enggak. Aku pengen sekolah yang tinggiiiiiii banget, trus jadi career woman yang ga stuck jadi ibu rumah tangga. Menurutku, ibu-ibu yang kerjaannya ngurus rumah doang itu ndeso banget. Seorang perempuan modern harus bisa berdiri sendiri secara finansial dan punya kegiatan yang aktif dalam perekonomian keluarga. Aku juga menolak untuk di anggap lemah sebagai kaum perempuan. Aku paling maleeeeeeeeeeeeeeeeeeesss banget denger orang ngasih excuses karena gender. Jadi, seseorang punya beban yang ringan karena dia cuma berjenis kelamin perempuan. Heahh, emangnya kita kaum ga mampu apa? underestimate banget deh..

Tapi sekarang, Allah SubhanaWata'ala sudah membuka mata ku ini. Dengan penyakit ibuku, aku berkaca, betapa penting dan mulianya peran seorang ibu. Dengan tersendatnya fungsi manajemen seorang ibu, sebuah keluarga ternyata bisa mengalami kesulitan yang cukup besar. Rumah ga ada yang ngurus, ga ada yang gosok, masak, beresin rumah, dll. Ibarat kapal di laut yang sedang miring dan terombang-ambing..

Kalo ga karena teriakan ibu tiap jam 5 pagi, mungkin aku telat solat subuh mulu. Kalo ga karena omelan ibu yang maksa-maksa aku belajar ngaji, mungkin sampe sekarang aku ga bisa ngaji atau bahkan buta Al-Qur'an. Kalo ga karena ibu yang galak banget nasehatin dan ngingetin aku dalam pergaulan, mungkin sekarang aku udah jadi seorang yang sedang meratapi nasib karena salah jalan. Kalo ga karena ibu yang rajin banget ngubungin hape ku karena pulang malem, mungkin aku akan jadi anak yang ngerasa ga pernah diperhatiin orang tua..

Kalo ga karena ibu yang udah rame nyuci piring+masak jam 4 pagi, mungkin Bapak ga bakal bisa sarapan atau telat barangkat ke kantor. Kalo ga karena ibu yang lebay banget nyuruh Bapak ngeluangin waktu dan uangnya untuk liburan atau sekedar jalan-jalan bareng, mungkin kita ga bakal jadi keluarga yang sekompak ini. Kalo ga karena ibu yang jago ngelobi dan nawar, mungkin keluarga kita bakalan selalu belanja barang-barang dengan harga yang mahal. Kalo ga karena ibu yang super berani ama orang, mungkin Bapak bakal kesulitan waktu ninggalin anak-anaknya waktu pergi tugas kerja ke luar negeri. Ahh.. masih banyak lagi deh.. Aku kangen ibuku..

See?
..Betapa pentingnya seorang ibu dalam rumah tangga..
..Betapa mutakhirnya peran ibu dibalik layar keluarga..

Konsep Kesetaraan dan Keadilan Gender

Aku bandingkan dengan konsep Kesetaraan dan Keadilan Gender yang 'memandang sebelah mata' peran seorang ibu. Perempuan dianggap terbebas dari 'kungkungan' laki-laki dan budaya masyarakat dengan mensejajarkan diri dengan laki-laki. Rame-rame perempuan menyerukan bahwa kita harus keluar rumah, berjuang demi kesejahteraan dan kesetaraan. Mereka menuntut kesamaan hak dan kewajiban dengan laki-laki sebagai bentuk kemerdekaan kaum perempuan.

Bodoh..
Bodoh banget..

Faktanya, perempuan malah lebih rendah dan hina karena konsep ini. Konsep yang terlihat 'manis' ini ternyata malah membawa kesengsaraan buat kaum perempuan. Para penganut konsep ini mati-matian bersaing dengan laki-laki demi mendapat pekerjaan dan kedudukan yang lebih tinggi. Ga peduli harkat dan martabat mereka udah di injek-injek, bahkan sifat nature mereka sebagai perempuan pun terabaikan. Yang harusnya bisa pulang sore, jadi pulang malem karena lembur. Perempuan sekarang juga ga takut nuntut cerai karena secara finansial, gaji istri lebih besar ketimbang suami. Yang kena dampaknya siapa? jelas anak-anak mereka. Kebahagiaan keluarga yang didamba hanyalah semu semata, karena hakikatnya kebahagiaan keluarga tuh ga terbayar dengan uang.

Atau sederhananya kejadian di bis deh. Seringkali semua bangku penumpang udah keisi, baik didudukin ama perempuan maupun laki-laki. Kalo emang ngerasa pengen sejajar ama laki-laki, seharusnya kita ga perlu gerutu waktu ngeliat ada bapak-bapak atau mas-mas duduk santai sementara kita berdiri limbung di dalam bis. Kan status kita sama..

Menurut konsep ini juga, perempuan selama ini terkungkung oleh kekuasaan laki-laki. Dalam konsep ini, Islam dipandang sebagai 'biang kerok' penjajahan kaum perempuan. Kalo ditilik lebih dalem lagi ya, laki-laki jadi pemimpin perempuan tuh karena perempuan emang harus dijagain. Gimana posisi perempuan ga istimewa tuh? Jujur sejujur-jujurnya nih, emangnya kita sanggup survive sendirian? Dangkal banget pemikiran bahwa kita sanggup berdiri sendiri tanpa kehadiran laki-laki. Kalo kita menginginkan laki-laki yang baik, maka kita pun harus baik. Jangan berharap menuai sesuatu kalau kita ga pernah menanam. Kenapa sih kita harus selalu egois? Dengan selalu meminta dan berharap tapi malas memberi apa itu bukan yang namanya egois??

Buta huruf, teraniaya, terpinggirkan dan tereksploitasi adalah masalah sosial bersama. Bukanlah masalah individu kaum perempuan saja. Ga perlulah pergerakan-pergerakan yang exklusif isinya perempuan untuk perempuan. Kalo udah begini, yang memisahkan gender siapa? Ya para perempuan-perempuan juga kan?

Perempuan bukanlah komoditas, perempuan adalah kaum yang dimuliakan. Bahkan dalam ajaran Islam, derajat perempuan tuh tinggi banget. Surga aja adanya ditelapak kaki ibu, yang notabene adalah seorang perempuan.


 Perempuan lebih handal daripada laki-laki.
 Apa jadinya dunia ini kalo dipimpin ama makhluk yang moody??


Jadilah ibu yang berkualitas

Menjadi ibu adalah takdir seorang perempuan. Ibu yang baik akan menghasilkan anak-anak dengan kualitas yang baik, mensupport karir suami, dan pastinya membangun keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah.

Terus perempuan ga perlu sekolah tinggi-tinggi? ga perlu berkarir? ndeso dong?

Perempuan jelas perlu pendidikan yang tinggi. Kalo perempuan ga tau apa-apa, gimana dia bisa jadi ibu yang baik yang bisa mengarahkan dan mendidik anak-anaknya untuk jadi lebih baik? Makin banyak pengetahuannya, makin oke. Makin tinggi pendidikannya ya makin bagus dong.. Be a critical mommy!

Perempuan yang berkarir itu bagus, karena bisa mendukung ekonomi keluarga. Sah-sah aja perempuan bekerja, tapi balik lagi, bekerja adalah pilihan. Fitrahnya, perempuanlah yang mengurus rumah dan segala sesuatu. Jadi keluarga tetaplah yang utama. Nyatanya kan ga gampang jadi pengelola keuangan, guru, chef, tukang bersih-bersih, tukang listrik, bla-bla-bla. Kalo semua perempuan ga mau nanganin masalah rumah tangga, nah trus sapa dong yang turun tangan??

Jangan cuma prihatin aja ama generasi muda bangsa ini, tapi juga tunjukkin dong kepedulian kaum perempuan lewat peran BESARnya menjadi ibu. Apa jadinya bangsa ini kalo semua manajer rumah tangga memiliki sudut pandang bahwa menjadi ibu adalah pilihan sedangkan menjadi career woman adalah kewajiban? Coba pikir lagi...

2 comments:

  1. Faktanya kita harus bangga karena kita adalah wanita..
    Semoga cepet smbuh buat ibu cit...Setiap dari kita punya masalah hidup masing2..dan Allah itu Maha Adiiiiilll banget..

    Sebagai perempuan kita harus kuat,,cit! Oke jangan nyerah sama keadaan..

    Semangat yaa...

    ReplyDelete
  2. amin, makasih ke..
    yup, bener bgt. masalah ada untuk mendewasakan kita. Esp.buat kaum perempuan, smoga masalah dalam hidup bisa menguatkan diri, bukan melemahkan.

    Allah subhanawata'ala memang Maha Adil. Gak mungkin Ia memberi ujian yang ga sanggup dipikul ama orang yg di uji. smoga kita bisa mengambil hikmah dari semua hal yang terjadi dalam hidup kita. cheers :)

    ReplyDelete