Hey..

Hey..
enjoy me ;)

Friday, March 11, 2011

Ga mampu apa ga mau?

Setelah 2 bulan kerja, akhirnya aku menyadari 1 hal tentang diriku, yaitu ternyata AKU BULUK SEKALEEEEE! Aku cek baju-baju ku di lemari... Penuh koq. Tapi semuanya baju main jiahahahhaha... Dasar anak singkong! Selama ini aku ga pernah mikirin dandanan yang rapi, malah bawaannya pake baju yang nyantai mulu.

Okeh, aku memutuskan untuk belanja (again!) ke salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan. Konon, barang-barang disana bagus-bagus, jadi pulang kerja aku langsung caw kesana deh. Dan benar saja... There are a lot of cute stuffs start from the downstairs to the upstairs. Hueks! Aku pusing.. mau beli yang mana..

Masuk toko baju A.
Kalo diliat-liat, kayanya sih baju-bajunya hampir mirip yang dijual di toko-toko di Pusat Perbelanjaan Jakarta Utara itu. Anyway, let's check the price..
Ng, harganya 2 kali lipat lebih mahal bo, ternyata. Okeh, aku raba bahannya..
Ng, ga jauh beda juga. Dang! -_-*

Masuk ke toko sepatu B.
Wah, ini sih yang di jual di Pusat Perbelanjaan Bekasi (lebih turun dari toko baju A). Tapi harganya kenapa jadi lebih mahal?? Hadeeehhh.. Belinya di Jaksel, tar orang ngiranya beli di Bekasi deh. No, thanx.

Masuk ke Dept.Store CENTRO.
Wuih, keren-keren. Tapi, ehemm.. harganya 300 ribu keatas semua. Eh tapi kan harga ga pernah bo'ong ya? Pasti keren dan enak dipake. Liat sana-liat sini, ada yang diskon. Up to 50%. Cek-cek..
Eh, ini mah merk sepatu yang ku beli di Mall Bekasi. Aku beli ga sampe 150 ribu, disini mentok di 200 ribu sekian. WTF??? Ini kan barang lama. Ya ambruk.. Tu sepatu kayanya udah ada dari jaman kuda makan besi (lebay). Masih mahal aje.. Payah.

Jadi, barang-barang hampir sama ama yang di Mall-Mall menengah bawah. Cuma harganya aja yang lebih mahal.

Udah jam 9 malem, tapi aku cuma dapet celana pensil ama legging.. krik krik krik...
Karena kemaleman jadi ga sempet makan deh. Beli batagor dipinggir jalan. Seporsi 7 ribu.
Iya, sodara-sodara.. Tujuh Ribu Rupiah untuk seplastik batagor.
TUJUH RIBU.
T-U-J-U-H R-I-B-U..

Kalo di ingat-ingat, sebenarnya selama ini aku juga menemukan fenomena 'harga-barang-ga-nahan' ini di daerah tempat kerja ku, di Jakarta Pusat. Untuk seporsi nasi uduk berlauk tempe telor, aku harus mengocek kantong 7 ribu rupiah. Di deket rumah mah cuma 3 ribu. Gorengan sih masih sama.. cuma pas dimakan bikin aku batuk kaya nenek-nenek. Gile, tu abang make minyak goreng oplosan ama duri ikan apa buat gorengnya?? Sumpah, gatel+enek banget. Demi menekan modal yang dikeluarkan kali ya makanya pake minyak goreng asal-asalan? Kue-kue kecil dipinggir jalan, yang di jual ga pake gerobak pun harganya ga kalah ama harga makanan kecil di rumah-rumah makan. For example, perasaan aku cuma beli roti yang gedenya sejempol. Kenapa abis 8 ribu??? Mungkin bahannya diimpor dari luar punya? Atau itu memang cuma perasaan ku? Wallahualam bishawab..



Jualan sarapan: beda tempat, beda harga


Special for Cucur's Lovers

Teringat juga waktu aku main ama temen-temen ku di Mall di daerah Kelapa Gading. Tertulis di papan-papan dengan gaya eksklusif di rak-rak baju merk D : "ONLY 199.999". Dan orang-orang yang belanja tuh kaya lagi ngambilin jemuran. Tangan kiri megang 5-10 potong baju, tangan kanan yang bergerak. Disebelahnya, berjejer dan bergelimpangan sepatu-sepatu kulit untuk pria. Aku sampe ga sengaja nendang 1 sepatu. Duh, kaya sampah deh.. Dan aku liat plang harganya : "ONLY 499.999". Sinting!
 Ga kalah, disebelahnya lagi, tas-tas wanita keluaran Perancis (ga tau deh asli apa KW) lagi didiskon juga. Bak bangke dilalerin, beuh.. meja raknya dikelilingi banyak orang yang rebutan milih dan mau beli. Sok iye, aku ikutan nimbrung. Aku liat harganya, dari 1juta sekian jadi 700ribu sekian. Hmmm....

Kalo inget kejadian belanja waktu itu plus pengeluaran yang harus aku alami selama ini di Jakarta, rasanya aku geram  banget. Indonesia ga pernah punya harga standar kaya diluar-luar negeri sana (bahasa apa ini?? haha) kaya Jepang yang menetapkan harga standar untuk barang-barang yang dijual. Jadi mau beli di kota atau dipelosok, ya emang segitu. Ga aji mumpung kaya di Indonesia. Herannya, di Jakarta, banyak juga orang yang ga ragu-ragu ngeluarin duit ratusan ribu bahkan jutaan rupiah untuk 1 item baju atau sepatu. Entah karena penghasilannya besar atau memang gaya hidupnya yang inginnya besar-besar. Dalam sehari transaksi keuangan yang terjadi pada 1 orang di Jakarta mungkin rata-rata min.30ribu/hari. Ya emang ga semua orang, tapi banyak juga lah..

Entah sudah menjadi budaya atau apa, orang-orang Jakarta sepertinya ga memandang 100ribu sebagai harga yang mahal. Well, diluar sifat-sifat konsumerisme yang terjadi di sana, 1 hal yang aku lihat adalah : It's easy to earn money in Jakarta!

Dengan modal yang keciiiiiiiiiiiiiiiiil banget, seseorang sebenarnya bisa mengeruk keuntungan loh. Dari ilustrasi belanja diatas, ternyata orang-orang di Jakarta gampang banget ngeluarin uang dari dompetnya. Dengan bisnis kue kecil kaya ketan-ketan gitu, atau masakan jadi di daerah perkantoran ternyata bisa menjadi penghasilan. Bahkan juga hanya dengan sekedar jual tisu!

Tapi kenapa ya, masih banyak juga orang-orang yang maunya menadahkan tangan dipinggir-pinggir jalan? Tua dikit, minta dikasihani. ga punya kerjaan, langsung mati pikiran. Ya emang, perputaran ekonomi di Jakarta kaya air kencing.. ngocor terus. Tapi apa mereka mau hidup begitu-begitu aja? Ga ada perkembangan sama sekali. Terus mau jadi apa mereka? Mau jadi apa bangsa ini?

Beggars, gelandangan dan preman-preman adalah cerminan mental malas manusia yang ga mau menjadi lebih baik..

Mereka hanya menginginkan hak dan kebutuhan mereka tanpa mau melakukan usaha perubahan ataupun perbaikan. Jalan pikir mereka terpasung dengan hal-hal instan untuk mendapatkan materi. Mungkin ini juga akibat media komunikasi yang lebih banyak menginformasikan berita-berita kemewahan para sosialita dan selebritis daripada berita-berita yang mengandung motivasi untuk maju. Tentunya ini menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai bagian dari masyarakat Indonesia.


Gembels Community


This isn't merely an activity, but it's a job, dude!

'Orang-orang yang tidak mampu' memiliki arti yang berbeda dengan 'Orang-orang yang tidak mau'. Tentunya, kita harus mengasihi orang-orang yang tidak mampu, bukan orang-orang yang tidak mau..

Mungkin sebagian orang-orang di Indonesia ga bermental malas, tapi sebagian lagi ya, bahkan jumlahnya lebih banyak. Mungkin ini yang menyebabkan Indonesia mengalami kesulitan dalam memajukan kehidupan ekonominya. Mungkin...

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Lots of love and Best Regards,

Citcitcuit

No comments:

Post a Comment